Sabtu, 30 Mei 2009

ANALYZING E-BUSINESS VALUE CREATION FROM A RESOURCE-BASED PERSPECTIVE

ANALYZING E-BUSINESS VALUE CREATION FROM A RESOURCE-BASED PERSPECTIVE

Abstrak

Dalam tahun terakhir, skeptisme mengenai nilai e-bisnis dan teknologi informasi pada tingkat perusahaan individu telah diperbaharui. Dalam pengertian ini, peneliti system informasi menghadapi tekanan untuk menjawab apa dan bagaimana e-bisnis menghasilkan nilai. Untuk merespon tantangan ini, paper ini mengembangkan model konseptual, didasari dalam teori berdasarkan sumber, untuk menaksirkan kreasi nilai e-bisnis. Model ini menempatkan tiga hubungan: sumber internet dan nilai e-bisnis, sumber internet dan kemampuan e-bisnis, dan kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis. Untuk menguji hipotesis, sampel membandingkan perusahaan Spanyol yang dipekerjakan. Hasil menunjukkan seperti hipotesis bahwa, sumber internet tidak secara positif berhubungan dengan nilai e-bisnis. Sejauh ini, walaupun sumber internet tidak berhubungan positif dengan nilai e-bisnis, mereka menemukan untuk memainkan aturan kritikal dalam menghasilkan kemampuan e-bisnis. Sebagai tambahan, hasil memberitahukan bahwa kemampuan e-bisnis merupakan pemicu inti nilai e-bisnis.

Pendahuluan

Selama beberapa decade, peneliti telah mencoba mengukur laba teknologi informasi pada level perusahaan individu. Hasil studi ini bermacam-macam dan “produktivitas paradox” ditunjukkan untuk menggambarkan beberapa temuan.

Peneliti seperti Henderson dan Venkatraman (1999) membantah bahwa IT berkembang dari aturan back office tradisional terhadap aturan strategi, mendukung strategi bisnis baru. Bagaimanapun, belakangan ini banyak kontroversi mengenai nilai IT yang telah dihasilkan dengan asersi Carr (2003) dalam artikelnya “IT Doesn`t Matter”. Dalam beberapa kata, argument Carr adalah bahwa beberapa keuntungan diperoleh oleh satu perusahaan dapat dengan mudah dijiplak oleh perusahaan lain, dan karena IT sekarang merupakan komoditas berdasarkan pada standar bahwa semua perusahaan dapat secara bebas digunakan, IT tidak lagi membedakan faktor dalam performance organisasi. Carr membantah bahwa tidak ada perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keuntungan kompetitif selama kompetitornya melebih daripada yang dapat dekat elektrik, telepon, atau infrastruktur lain. Dengan demikian, Carr menunjukkan perusahaan akan mengurangi penghabisan IT, yang diikuti daripada membawa IT dalam industry mereka, dan menghindari penyebaran IT dengan cara yang baru.

Review literature

RBV: konseptualisasi kemampuan e-bisnis

RBV telah digunakan untuk menjawab salah satu dari pertanyaan penelitian yang paling ekstensif dalam bidang manajemen strategi, yang berhubungan dengan pemahaman sumber yang menentukan keuntungan kompetitif. Dalam waktu yang sama, RBV menjadi salah satu standar teori yang menjelaskan mengapa perusahaan dalam berbagai macam industry yang sama dalam performance. Hal ini mengusulkan bahwa pengaruh individu, sumber khusus perusahaan pada performance dapat menjadi signifikan.

Secara umum RBV cenderung menentukan sumber daya dan memasukkan aset, infrastruktur, skill, dan lain-lain. Grant (1991) mengusulkan bahwa kemampuan perusahaan adalah apa yang dapat dilakukan sebagai hasil tim kerja sama sumber daya. Teece, Pisano, dan Shuen (1997) membantah bahwa kemampuan tidak dapat dengan mudah dibeli; mereka harus dibentuk. Dalam menyadari hal ini Day (1994) menggambarkan kemampuan sebagai sekelompok skill yang kompleks dan pengetahuan yang dikumpulkan, latihan melalui proses organisasi, yang memungkinkan perusahaan mengkoordinasi aktivitas dan memanfaatkan aset mereka. Day membantah bahwa kemampuan dan proses organisasi hampir berhubungan karena kemampuan memungkinkan aktivitas dalam proses bisnis dikeluarkan.

Untuk tujuan studi sekarang, definisi kemampuan di atas memberikan identifikasi tiga karakteristik penting:

1. Kemampuan berakar dalam proses dan bisnis rutin karena hal tersebut merupakan kemampuan yang memungkinkan aktivitas dalam proses bisnis dikeluarkan.

2. Kemampuan merupakan khusus perusahaan, sementara bukan sumber yang asli. Karena penyimpangan ini, pemilik kemampuan tidak dapat dengan mudah ditransfer dari satu organisasi pada yang lain.

3. Tujuan utama kemampuan adalah untuk mencapai produktivitas dari sumber lain yang diproses perusahaan.

Sumber dan kemampuan e-bisnis

RBV menyediakan dasar yang kuat pada perbedaan antara sumber IT dan kemampuan IT dan untuk mempelajari pengaruh mereka yang terpisah pada performance. Berdasarkan pada analisis ini, Bharadwaj (2000) mengusulkan bahwa jika perusahaan dapat menggabungkan IT yang berhubungan dengan sumber yang menghasilkan kemampuan unik IT, mereka dapat memperbaiki performance mereka. Peneliti IS mengikuti pertimbangan kemampuan IT ini karena persaingan dapat dengan mudah dihasilkan dalam duplikasi investasi dalam sumber IT, dan perusahaan dapat membeli hardware dan software yang sama untuk memindahkan keuntungan kompetitif.

Secara umum, sumber IT tidak sulit ditiru; teknologi secara fisik merupakan teknologi sendiri yang secara khusus ditipu. Jika perusahaan dapat membeli teknologi fisik ini dan dengan demikian melakukan beberapa strategi, kemudian perusahaan lain juga dapat membeli teknologi ini, dan dengan demikian beberapa alat tidak akan menjadi sumber keuntungan kompetitif. Sumber IT perlu, tetapi bukan kondisi yang cukup untuk menguntungkan kompetitif. Sumber IT jarang menyumbangkan secara langsung persaingan yang menguntungkan.

Nilai e-bisnis dari proses pendekatan

Tujuan utama paper ini adalah menentukan bagaimana e-bisnis menghasilkan nilai melalui RBV. Walaupun banyak penelitian menggunakan RBV yang difokuskan pada variabel agregat dependen, yakni performance perusahaan, hal ini tidak dapat menjadi cara terbaik untuk menguji RBV. Ray et al. (2004) mengusulkan pengujian keefektifan proses bisnis sebagai cara untuk menguji logic RBV.

E-Procurement atau pembelian online, secara potensial dapat menyediakan proposisi batasan nilai pada perusahaan. Hal ini datang dari reduksi procurement dan biaya persediaan,sehingga strategi network dengan supplier mengijinkan SCM yang efektfi dan efisien.

Pengembangan hipotesis

Sumber internet dan nilai e-bisnis

Barney (1991) membantah bahwa perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang kompetitif atas dasar sumber perusahaan yang merupakan perusahaan khusus, berharga, jarang, dapat mencontoh secara tidak sempurna, dan tidak secara strategi mengganti sumber lain.

· Hipotesis 1: tidak ada hubungan antara sumber internet dan nilai e-bisnis.

Sumber internet dan kemampuan e-bisnis

· Hipotesis 2: ada hubungan positif antara sumber internet dan kemampuan e-bisnis eksternal dengan supplier.

· Hipotesis 3: ada hubungan positif antara sumber internet dan kemampuan e-bisnis internal.

Kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis

· Hipotesis 4: ada hubungan positif antara kemampuan eksternal e-bisnis dengan supplier dan nilai e-bisnis.

· Hipotesis 5: ada hubungan positif antara kemampuan internal e-bisnis dan nilai e-bisnis.

Hasil empiris

Hipotesis kreasi e-bisnis diuji menggunakan model persamaan structural. Bagi nilai e-bisnis, dua dari tiga susunan – sumber internet, kemampuan e-bisnis dengan konsumen dan kemampuan internal e-bisnis – secara signifikan membawa pada konstruk dependen. Kemampuan bisnis dengan supplier dan kemampuan internal e-bisnis secara signifikan positif, sementara sumber internet negative tetapi tidak berarti koefisien secara statistic, seperti yang dihipotesiskan. Oleh karena itu, semua persetujuan hipotesis dengan nilai e-bisnis didukung (H1, H4, dan H5). Sebagai tambahan, model mendukung penandaan positif yang signifikan dari sumber internet pada kemampuan e-bisnis dengan pemakai dan kemampuan internal e-bisnis, dengan demikian mendukung H2 dan H3.

Diskusi

Penelitian sekarang mencari penjelasan bagaimana hasil nilai e-bisnis dan yang dimaksud menjelaskan penawaran hasil yang lebih luas dapat dipakai daripada yang mempelajari pemimpin internet atau perusahaan industry IT. Dalam pengertian ini, studi ini berusaha menawarkan penjelasan bagaimana ada kasus dimana perusahaan berhubungan dalam e-bisnis tanpa mendapat beberapa keuntungan. Untuk merespon tantangan ini, model konseptual untuk menaksirkan kreasi nilai e-bisnis, berdasarkan pada RBV perusahaan, yang dikembangkan dan diuji pada sampel perusahaan Spanyol dari sector-sektor yang berbeda.

Seperti yang dihipotesiskan, hasil menunjukkan bahwa sumber internet secara positif tidak berhubungan dengan nilai e-bisnis. Temuan ini tidak mengejutkan, karena pesaing dapat dengan mudah meniru investasi dalam sumber IT dengan membeli hardware dan software yang sama, dan dengan demikian sumber IT per se tidak menyediakan performance yang lebih baik. Hal ini dapat dijelaskan melalui RBV karena IT tidak mempertimbangkan sumber yang sulit ditiru; IT sendiri secara khusus dapat meniru. Hasil ini mendukung temuan penelitian belakangan ini yang tidak menemukan tanda bukti yang positif antara kualitas IT dan performance perusahaan. Sama halnya, Powell dan Dent-Micallef (1997) menunjukkan bahwa IT sendiri tidak dapat menjadi sumber keuntungan yang kompetitif. Dengan demikian hasil penelitian ini memberitahukan bahwa teknologi internet sendiri akan jarang menghasilkan nilai e-bisnis.

Pada akhirnya, hasil empiris menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis. Temuan kami memberitahukan keberadaan literature empiris. Bharadwaj (2002) dan Santhanam dan Hartono (2003) menemukan bahwa perusahaan dengan kemampuan superior IT tentu saja menunjukkan performance utama IT. Ravichandran dan Lertwongsatien (2005) menunjukkan bahwa kemampuan organisasi untuk menggunakan IT untuk mendukung kompoten intinya tergantung pada kemampuan IS.

ANALYZING E-BUSINESS VALUE CREATION FROM A RESOURCE-BASED PERSPECTIVE

ANALYZING E-BUSINESS VALUE CREATION FROM A RESOURCE-BASED PERSPECTIVE

Abstrak

Dalam tahun terakhir, skeptisme mengenai nilai e-bisnis dan teknologi informasi pada tingkat perusahaan individu telah diperbaharui. Dalam pengertian ini, peneliti system informasi menghadapi tekanan untuk menjawab apa dan bagaimana e-bisnis menghasilkan nilai. Untuk merespon tantangan ini, paper ini mengembangkan model konseptual, didasari dalam teori berdasarkan sumber, untuk menaksirkan kreasi nilai e-bisnis. Model ini menempatkan tiga hubungan: sumber internet dan nilai e-bisnis, sumber internet dan kemampuan e-bisnis, dan kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis. Untuk menguji hipotesis, sampel membandingkan perusahaan Spanyol yang dipekerjakan. Hasil menunjukkan seperti hipotesis bahwa, sumber internet tidak secara positif berhubungan dengan nilai e-bisnis. Sejauh ini, walaupun sumber internet tidak berhubungan positif dengan nilai e-bisnis, mereka menemukan untuk memainkan aturan kritikal dalam menghasilkan kemampuan e-bisnis. Sebagai tambahan, hasil memberitahukan bahwa kemampuan e-bisnis merupakan pemicu inti nilai e-bisnis.

Pendahuluan

Selama beberapa decade, peneliti telah mencoba mengukur laba teknologi informasi pada level perusahaan individu. Hasil studi ini bermacam-macam dan “produktivitas paradox” ditunjukkan untuk menggambarkan beberapa temuan.

Peneliti seperti Henderson dan Venkatraman (1999) membantah bahwa IT berkembang dari aturan back office tradisional terhadap aturan strategi, mendukung strategi bisnis baru. Bagaimanapun, belakangan ini banyak kontroversi mengenai nilai IT yang telah dihasilkan dengan asersi Carr (2003) dalam artikelnya “IT Doesn`t Matter”. Dalam beberapa kata, argument Carr adalah bahwa beberapa keuntungan diperoleh oleh satu perusahaan dapat dengan mudah dijiplak oleh perusahaan lain, dan karena IT sekarang merupakan komoditas berdasarkan pada standar bahwa semua perusahaan dapat secara bebas digunakan, IT tidak lagi membedakan faktor dalam performance organisasi. Carr membantah bahwa tidak ada perusahaan yang dapat digunakan untuk mencapai keuntungan kompetitif selama kompetitornya melebih daripada yang dapat dekat elektrik, telepon, atau infrastruktur lain. Dengan demikian, Carr menunjukkan perusahaan akan mengurangi penghabisan IT, yang diikuti daripada membawa IT dalam industry mereka, dan menghindari penyebaran IT dengan cara yang baru.

Review literature

RBV: konseptualisasi kemampuan e-bisnis

RBV telah digunakan untuk menjawab salah satu dari pertanyaan penelitian yang paling ekstensif dalam bidang manajemen strategi, yang berhubungan dengan pemahaman sumber yang menentukan keuntungan kompetitif. Dalam waktu yang sama, RBV menjadi salah satu standar teori yang menjelaskan mengapa perusahaan dalam berbagai macam industry yang sama dalam performance. Hal ini mengusulkan bahwa pengaruh individu, sumber khusus perusahaan pada performance dapat menjadi signifikan.

Secara umum RBV cenderung menentukan sumber daya dan memasukkan aset, infrastruktur, skill, dan lain-lain. Grant (1991) mengusulkan bahwa kemampuan perusahaan adalah apa yang dapat dilakukan sebagai hasil tim kerja sama sumber daya. Teece, Pisano, dan Shuen (1997) membantah bahwa kemampuan tidak dapat dengan mudah dibeli; mereka harus dibentuk. Dalam menyadari hal ini Day (1994) menggambarkan kemampuan sebagai sekelompok skill yang kompleks dan pengetahuan yang dikumpulkan, latihan melalui proses organisasi, yang memungkinkan perusahaan mengkoordinasi aktivitas dan memanfaatkan aset mereka. Day membantah bahwa kemampuan dan proses organisasi hampir berhubungan karena kemampuan memungkinkan aktivitas dalam proses bisnis dikeluarkan.

Untuk tujuan studi sekarang, definisi kemampuan di atas memberikan identifikasi tiga karakteristik penting:

1. Kemampuan berakar dalam proses dan bisnis rutin karena hal tersebut merupakan kemampuan yang memungkinkan aktivitas dalam proses bisnis dikeluarkan.

2. Kemampuan merupakan khusus perusahaan, sementara bukan sumber yang asli. Karena penyimpangan ini, pemilik kemampuan tidak dapat dengan mudah ditransfer dari satu organisasi pada yang lain.

3. Tujuan utama kemampuan adalah untuk mencapai produktivitas dari sumber lain yang diproses perusahaan.

Sumber dan kemampuan e-bisnis

RBV menyediakan dasar yang kuat pada perbedaan antara sumber IT dan kemampuan IT dan untuk mempelajari pengaruh mereka yang terpisah pada performance. Berdasarkan pada analisis ini, Bharadwaj (2000) mengusulkan bahwa jika perusahaan dapat menggabungkan IT yang berhubungan dengan sumber yang menghasilkan kemampuan unik IT, mereka dapat memperbaiki performance mereka. Peneliti IS mengikuti pertimbangan kemampuan IT ini karena persaingan dapat dengan mudah dihasilkan dalam duplikasi investasi dalam sumber IT, dan perusahaan dapat membeli hardware dan software yang sama untuk memindahkan keuntungan kompetitif.

Secara umum, sumber IT tidak sulit ditiru; teknologi secara fisik merupakan teknologi sendiri yang secara khusus ditipu. Jika perusahaan dapat membeli teknologi fisik ini dan dengan demikian melakukan beberapa strategi, kemudian perusahaan lain juga dapat membeli teknologi ini, dan dengan demikian beberapa alat tidak akan menjadi sumber keuntungan kompetitif. Sumber IT perlu, tetapi bukan kondisi yang cukup untuk menguntungkan kompetitif. Sumber IT jarang menyumbangkan secara langsung persaingan yang menguntungkan.

Nilai e-bisnis dari proses pendekatan

Tujuan utama paper ini adalah menentukan bagaimana e-bisnis menghasilkan nilai melalui RBV. Walaupun banyak penelitian menggunakan RBV yang difokuskan pada variabel agregat dependen, yakni performance perusahaan, hal ini tidak dapat menjadi cara terbaik untuk menguji RBV. Ray et al. (2004) mengusulkan pengujian keefektifan proses bisnis sebagai cara untuk menguji logic RBV.

E-Procurement atau pembelian online, secara potensial dapat menyediakan proposisi batasan nilai pada perusahaan. Hal ini datang dari reduksi procurement dan biaya persediaan,sehingga strategi network dengan supplier mengijinkan SCM yang efektfi dan efisien.

Pengembangan hipotesis

Sumber internet dan nilai e-bisnis

Barney (1991) membantah bahwa perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang kompetitif atas dasar sumber perusahaan yang merupakan perusahaan khusus, berharga, jarang, dapat mencontoh secara tidak sempurna, dan tidak secara strategi mengganti sumber lain.

· Hipotesis 1: tidak ada hubungan antara sumber internet dan nilai e-bisnis.

Sumber internet dan kemampuan e-bisnis

· Hipotesis 2: ada hubungan positif antara sumber internet dan kemampuan e-bisnis eksternal dengan supplier.

· Hipotesis 3: ada hubungan positif antara sumber internet dan kemampuan e-bisnis internal.

Kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis

· Hipotesis 4: ada hubungan positif antara kemampuan eksternal e-bisnis dengan supplier dan nilai e-bisnis.

· Hipotesis 5: ada hubungan positif antara kemampuan internal e-bisnis dan nilai e-bisnis.

Hasil empiris

Hipotesis kreasi e-bisnis diuji menggunakan model persamaan structural. Bagi nilai e-bisnis, dua dari tiga susunan – sumber internet, kemampuan e-bisnis dengan konsumen dan kemampuan internal e-bisnis – secara signifikan membawa pada konstruk dependen. Kemampuan bisnis dengan supplier dan kemampuan internal e-bisnis secara signifikan positif, sementara sumber internet negative tetapi tidak berarti koefisien secara statistic, seperti yang dihipotesiskan. Oleh karena itu, semua persetujuan hipotesis dengan nilai e-bisnis didukung (H1, H4, dan H5). Sebagai tambahan, model mendukung penandaan positif yang signifikan dari sumber internet pada kemampuan e-bisnis dengan pemakai dan kemampuan internal e-bisnis, dengan demikian mendukung H2 dan H3.

Diskusi

Penelitian sekarang mencari penjelasan bagaimana hasil nilai e-bisnis dan yang dimaksud menjelaskan penawaran hasil yang lebih luas dapat dipakai daripada yang mempelajari pemimpin internet atau perusahaan industry IT. Dalam pengertian ini, studi ini berusaha menawarkan penjelasan bagaimana ada kasus dimana perusahaan berhubungan dalam e-bisnis tanpa mendapat beberapa keuntungan. Untuk merespon tantangan ini, model konseptual untuk menaksirkan kreasi nilai e-bisnis, berdasarkan pada RBV perusahaan, yang dikembangkan dan diuji pada sampel perusahaan Spanyol dari sector-sektor yang berbeda.

Seperti yang dihipotesiskan, hasil menunjukkan bahwa sumber internet secara positif tidak berhubungan dengan nilai e-bisnis. Temuan ini tidak mengejutkan, karena pesaing dapat dengan mudah meniru investasi dalam sumber IT dengan membeli hardware dan software yang sama, dan dengan demikian sumber IT per se tidak menyediakan performance yang lebih baik. Hal ini dapat dijelaskan melalui RBV karena IT tidak mempertimbangkan sumber yang sulit ditiru; IT sendiri secara khusus dapat meniru. Hasil ini mendukung temuan penelitian belakangan ini yang tidak menemukan tanda bukti yang positif antara kualitas IT dan performance perusahaan. Sama halnya, Powell dan Dent-Micallef (1997) menunjukkan bahwa IT sendiri tidak dapat menjadi sumber keuntungan yang kompetitif. Dengan demikian hasil penelitian ini memberitahukan bahwa teknologi internet sendiri akan jarang menghasilkan nilai e-bisnis.

Pada akhirnya, hasil empiris menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kemampuan e-bisnis dan nilai e-bisnis. Temuan kami memberitahukan keberadaan literature empiris. Bharadwaj (2002) dan Santhanam dan Hartono (2003) menemukan bahwa perusahaan dengan kemampuan superior IT tentu saja menunjukkan performance utama IT. Ravichandran dan Lertwongsatien (2005) menunjukkan bahwa kemampuan organisasi untuk menggunakan IT untuk mendukung kompoten intinya tergantung pada kemampuan IS.

THE INFORMATION AUDIT: METHODOLOGY SELECTION

THE INFORMATION AUDIT: METHODOLOGY SELECTION

1. Motivasi Penelitian,

Motivasi dalam penelitian ini yaitu mempertimbangkan kelengkapan, kemampuan dan kegunaan empat informasi audit yang biasa disebut metodologi dengan membandingkan dan mereview beberapa penelitian yang menilai metodologi terbatas yang digunakan dalam beberapa penelitian.

2. Masalah Penelitian

Masalah yang coba diangkat dalam penelitian ini adalah:

Apakah empat informasi audit sudah mempertimbangkan kelengkapan, kemampuan, dan kegunaan yang biasa disebut metodologi informasi audit?

3. Tujuan dan kontribusi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun ulang yang biasa disebut metodologi untuk membantu auditor dengan memilih metodologi atau pengembangan, dan untuk mempertimbangkan yang berhubungan dengan kemampuan mereka.

Kontribusi penelitian yaitu, dimana dalam peneliitan menyediakan review komprehensif atas audit informasi yang mempertimbangkan pendekatan metodologi.

4. Hipotesis

Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis, karena penelitian ini dillakukan dengan studi pustaka yang didasarkan pada studi kasus penelitian-penelelitian lain..

5. Metoda penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan perbandingan komparatif mengenai empat metoda informasi akuntansi yang didasarkan pada tulisan yang biasa menyebutkan metodologi yaitu Burk dan Horton (1988), Orna (199, 1999), Buchanan dan Gibb (1998), dan Henczel (2001).

6. Desain/konstruk

Untuk melakukan perbandingan komparatif mengenai empat metode Informasi Audit maka ada tiga ukuran yang diidentifikasi dan digunakan yaitu:

· Kelengkapan: konseptual, logical, dan structural yang melengkapi setiap pendekatan metodologi.

· Dapat digunakan: dapat digunakan dan mencakup setiap pendekatan, dan dapat menyesuaikan pendekatan pada syarat organisasi sendiri.

· Dapat dimanfaatkan: dirasa mudah dengan metode yang dapat mengangkat dan digunakan.

7. Sampel

Penelitian ini menggunakan 4 penelitian yang sudah ada untuk membadingkan informasi audit keempat penelitian tersebut adalah penelitian dari Burk dan Horton (1988), Orna (199, 1999), Buchanan dan Gibb (1998), dan Henczel (2001).

8. Uji validitas

Validitas dalam penelitian ini cukup baik karena penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu

9. Hasil

Dari penelitian yang dilakukan diporelah hasil bahwaPerbandingan review metodologi komprehensif menggambarkan bahwa Burk dan Horton (1988) mengurangi tahap untuk awal setup, strategi dan review organisasi, dan kebijakan post-audit dan/atau pengembangan strategi. Buchanan dan Gibb (1998) mengurangi inisial tahap setup tetapi yang lain sama dengan Orna (1999) dan Henzcel (2001), yang menyediakan metodologi komprehensif secara relative. Secara khusus, Burk dan Horton sekarang mengangkat sebagian besar pendekatan diskonto bottom-up sementara Buchanan dan Gibb, Orna dan Hezcel mengangkat pendekatan top-down.

10. Kesimpulan

Dari critical review yang dilakukan dapat disimpulkan dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa setiap empat metodologi IA yang dipilih untuk review ini masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, dan dapat digunakan. Tidak ada kekurangan tujuan atau dapat digambarkan sebagai hal tidak berguna. Pemilihan metodologi secara tepat akan menjadi dasar atas dua factor utama: pertama, syarat organisasi dan hasil keputusan IA; dan kedua, skill dan pengalaman auditor, dan korensponden yang mendukung alat yang diperlukan.

THE INFORMATION AUDIT: METHODOLOGY SELECTION

1. Motivasi Penelitian,

Motivasi dalam penelitian ini yaitu mempertimbangkan kelengkapan, kemampuan dan kegunaan empat informasi audit yang biasa disebut metodologi dengan membandingkan dan mereview beberapa penelitian yang menilai metodologi terbatas yang digunakan dalam beberapa penelitian.

2. Masalah Penelitian

Masalah yang coba diangkat dalam penelitian ini adalah:

Apakah empat informasi audit sudah mempertimbangkan kelengkapan, kemampuan, dan kegunaan yang biasa disebut metodologi informasi audit?

3. Tujuan dan kontribusi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun ulang yang biasa disebut metodologi untuk membantu auditor dengan memilih metodologi atau pengembangan, dan untuk mempertimbangkan yang berhubungan dengan kemampuan mereka.

Kontribusi penelitian yaitu, dimana dalam peneliitan menyediakan review komprehensif atas audit informasi yang mempertimbangkan pendekatan metodologi.

4. Hipotesis

Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis, karena penelitian ini dillakukan dengan studi pustaka yang didasarkan pada studi kasus penelitian-penelelitian lain..

5. Metoda penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan perbandingan komparatif mengenai empat metoda informasi akuntansi yang didasarkan pada tulisan yang biasa menyebutkan metodologi yaitu Burk dan Horton (1988), Orna (199, 1999), Buchanan dan Gibb (1998), dan Henczel (2001).

6. Desain/konstruk

Untuk melakukan perbandingan komparatif mengenai empat metode Informasi Audit maka ada tiga ukuran yang diidentifikasi dan digunakan yaitu:

· Kelengkapan: konseptual, logical, dan structural yang melengkapi setiap pendekatan metodologi.

· Dapat digunakan: dapat digunakan dan mencakup setiap pendekatan, dan dapat menyesuaikan pendekatan pada syarat organisasi sendiri.

· Dapat dimanfaatkan: dirasa mudah dengan metode yang dapat mengangkat dan digunakan.

7. Sampel

Penelitian ini menggunakan 4 penelitian yang sudah ada untuk membadingkan informasi audit keempat penelitian tersebut adalah penelitian dari Burk dan Horton (1988), Orna (199, 1999), Buchanan dan Gibb (1998), dan Henczel (2001).

8. Uji validitas

Validitas dalam penelitian ini cukup baik karena penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu

9. Hasil

Dari penelitian yang dilakukan diporelah hasil bahwaPerbandingan review metodologi komprehensif menggambarkan bahwa Burk dan Horton (1988) mengurangi tahap untuk awal setup, strategi dan review organisasi, dan kebijakan post-audit dan/atau pengembangan strategi. Buchanan dan Gibb (1998) mengurangi inisial tahap setup tetapi yang lain sama dengan Orna (1999) dan Henzcel (2001), yang menyediakan metodologi komprehensif secara relative. Secara khusus, Burk dan Horton sekarang mengangkat sebagian besar pendekatan diskonto bottom-up sementara Buchanan dan Gibb, Orna dan Hezcel mengangkat pendekatan top-down.

10. Kesimpulan

Dari critical review yang dilakukan dapat disimpulkan dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa setiap empat metodologi IA yang dipilih untuk review ini masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, dan dapat digunakan. Tidak ada kekurangan tujuan atau dapat digambarkan sebagai hal tidak berguna. Pemilihan metodologi secara tepat akan menjadi dasar atas dua factor utama: pertama, syarat organisasi dan hasil keputusan IA; dan kedua, skill dan pengalaman auditor, dan korensponden yang mendukung alat yang diperlukan.

Critical Review Sistem Teknologi Informasi

IMPLEMENTING E-BUSINESS THROUGH ORGANIZATIONAL LEARNING: AN EMPIRICAL INVESTIGATION IN SMEs

Abstrak

Paper ini menguji secara relative penting dan signifikannya empat proses yang dikenalkan oleh Huber pada empat level e-bisnis yang berbeda, melalui investigasi empiris terhadap 130 SME di sector telekomunikasi Spanyol. Hal ini dilakukan dengan menggunakan model multinomial logistic, yang divalidasi oleh faktor analisis. Hasil kami mendukung bahwa untuk melaksanakan e-bisnis, perusahaan perlu menyediakan akuisisi, interpretasi dan menyimpan pengetahuan seperti tahap sebelumnya. Kemudian, untuk menggabungkan e-bisnis, perusahaan perlu mendukung distribusi pembelajaran pengetahuan selama fase sebelumnya. Sejauh ini temuan kami mengusulkan bahwa akuisisi pengetahuan perlu untuk memajukan dari tahap relasional hingga tahap internal.

PENDAHULUAN

Persaingan makin bertambah dengan pengetahuan berdasarkan perusahaan berusaha untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan lebih cepat daripada saingan mereka. Dalam konteks ini, arus keuntungan kompetitif perusahaan dari pengetahuannya yang unik dan bagaimana pengetahuan ini diatur. Karena hal ini, pengetahuan menghasilkan proses yang menjadi kunci elemen bagi perusahaan mencari penyesuaian dan mengetahui lebih dulu perubahan lingkungan melalui implementasi teknologi baru. Untuk penyesuaian secara terus menerus perubahan kondisi bisnis dan untuk menghasilkan generasi, perusahaan perlu menerima pengetahuan pasar baru, mengurusnya, membuat pengetahuan saham eksplisit mereka dan membagi pengetahuan melalui entitas organisasi. Bagaimanapun, pengembangan inovasi tidak mudah dan memerlukan promosi beberapa proses dari yang mengetahui apakah yang konsumen ingin kembangkan mengenai produk baru atau pelayanan dimana perusahaan dapat gunakan dalam transaksi komersial mereka. Teknologi informasi mengijinkan perusahaan untuk memperoleh, memproses, menyimpan, dan menukar informasi. Sekarang bagi banyak perusahaan, pengabaian e-bisnis berarti kehilangan kesempatan untuk menghasilkan keuntungan yang kompetitif. E-bisnis mengijinkan perusahaan membuat transaksi dnegan konsumen atau supplier tanpa kehadiran orang.

Poin awal paper ini adalah ide bahwa suksesnya e-bisnis tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengembangkan proses pembelajaran organisasi yang dapat menghidupi perusahaan dengan pengetahuan konsumen dan mengembangkan solusi dan menawarkan produk baru dan pelayanan melalui e-bisnis. Dengan mempertimbangkan hal ini, kami mengusulkan bahwa organisasi belajar menyediakan pandangan untuk membantu e-bisnis mencapai keuntungan kompetitif. Tujuan paper ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pembelajaran organisasi dan e-bisnis dalam perusahaan kecil dan menengah (SME), yang sering dilupakan dalam literature yang relevan. Dengan demikian paper mulai dengan mempelajari proses pembelajaran.

Belajar dalam organisasi

Revolusi teknologi yang membentuk pasar telah membawa lebih perubahan dalam praktek manajemen daripada dalam beberapa periode lain sebelumnya. Dalam kasus ini, manajer telah melihat bahwa pengetahuan merupakan sumber kekuatan dan bahwa pengetahuan secara luas disalurkan disekitar perusahaan. Dalam beberapa kasus, pembelajaran organisasi dapat didefinisikan sebagai proses pemahaman dan menghasilkan pandangan baru dalam organisasi. Proses ini menyatakan secara tidak langsung pengembangan pandangan, pengetahuan, dan asosiasi antara tindakan masa lalu, keefektifan pandangan ini, dan tindakan akan datang. Huber mendefinisikan pembelajaran organisasi sebagai pengembangan pengetahuan dan pandangan baru yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku organisasi. Hal ini terjadi ketika asosiasi, system kognitif, dan ingatan dibentuk oleh anggota dalam sebuah organisasi.

Pembelajaran organisasi dalam organisasi membolehkan akuisisi, distribusi, interpretasi, dan penyimpanan pengetahuan baru yang mengijinkan organisasi memahami dan menyensor system informasi baru hingga akhirnya mereka gunakan pada organisasi. Huber menggambarkan empat proses atau susunan yang menyumbangkan pembelajaran organisasi; disebut, akuisisi pengetahuan, distribusi informasi, interpretasi informasi dan memori organisasi. Pengetahuan akuisisi didefinisikan sebagai proses dimana pengetahuan diterika atau diperoleh. Distribusi informasi adalah proses dimana informasi dibentuk. Interpretasi informasi melibatkan inovasi usaha untuk mengembangkan satu atau lebih interpretasi biasa dari pengetahuan yang disalurkan. Memori organisasi didefinisikan sebagai pengetahuan yang menyimpan manfaat.

Untuk menaksirkan pembelajaran organisasi, beberapa studi empiris difokuskan pada subjek ini, karena, seperti Garvin yang membantah, perusahaan tidak dapat mengatur pembelajaran organisasi jika mereka tidak dapat mengukurnya. Menurut beberapa peneliti ada dua tahap utama dalam proses mengubah pengetahuan dalam produk baru, pelayanan atau proses yang menyediakan keuntungan kompetitif perusahaan. Pertama, kemungkinan penyerapan kapasitas untuk memerlukan dan memahami pengetahuan. Kedua, penyerapan kemampuan yang dipercaya, yang memasukkan transformasi dan kemampuan eksploitasi.

Pembelajaran organisasi dan e-bisnis

System e-bisnis

System e-bisnis didefinisikan sebagai beberapa transaksi komersial atau administrative atau pertukaran informasi dimana organisasi menyediakan network dan sering berdasarkan pada teknologi web. Pada dasarnya, e-bisnis mengenai pelaksanaan elektronik bisnis melalui internet. Hal ini memasukkan aktivitas seperti komunikasi, marketing, dan kolaborasi. Beberapa kesempatan biasanya melibatkan IS untuk isu-isu implementasi. Sayangnya, implementasi IS tidak terjadi kesanggupan untuk menemukan atau secara random.

Ada jumlah yang signifikan mengenai penelitian dalam area klasifikasi e-bisnis, pengembangan dan implementasi. Timmer mengklasifikasikan e-bisnis berdasarkan pada integrasi vertical atau horizontal berbagai macam perusahaan dan industry, dan mempertimbangkan e-shop, e-procurement, e-action, e-mall, dan e-marketplace. Rayport dan Jaworski mengusulkan dua criteria utama untuk mengklasifikasi e-bisnis: (a) sumber yang berisi organisasi; dan (b) focus pada strategi bisnis e-commerce, yang dapat menjadi sisi penawaran atau sisi permintaan. Secara alternative, Amit dan Zott mengidentifikasi tiga dimensi e-bisnis:

1. Isi transaksi, yang memasukkan adanya dan manfaat intranet dan internet untuk menyebarkan pengetahuan.

2. Susunan transaksi, yang menunjukkan orang dan bagaimana berkomunikasi dan memasukkan groupware dan system kolaboratif seperti e-mail.

3. Transaksi yang mengatur, yang menunjukkan informasi dan memasukkan kumpulansistem intelijen, yang memudahkan akses dan menggunakan pengetahuan untuk mendukung keputusan.

Aturan e-bisnis

Hubungan antara pembelajaran organisasi dan teknologi informasi dianalisis dengan dua aliran yang berhubungan. Di satu pihak, beberapa peneliti menganalisis pembelajaran organisasi sebagai asri menjelaskan dan memecahkan masalah pelaksanaan dan menggunakan teknologi informasi baru dalam organisasi. Di pihak lain, aplikasi teknologi informasi telah difokuskan untuk mendukung proses pembelajaran organisasi.

Akhirnya implementasi IS ditempatkan bersama dengan pembelajaran organisasi. Peneliti telah menekankan bahwa penggunaan IS tanpa tujuan dan perencanaan yang jelas tidak mungkin menyediakan beberapa perbaikan yang signifikan dalam operasi dan performance bisnis. Dalam hasil ini, paper ini meninjau kembail hubungan dan menguji kepentingan relative dan secara signifikan proses pembelajaran organisasi sepanjang perbedaan level e-bisnis.

Akuisisi pengetahuan mencerminkan fungsi identifikasi yang menggambarkan generasi intelijen untuk organisasi. Lebih dari itu, infrastruktur e-bisnis melibatkan akuisisi pengetahuan dan kemampuan. Liao, Welsch, dan Stoica menyatakan bahwa SME dengan kemampuan pengembangan yang baik dalam akuisisi pengetahuan lebih memungkinkan penyesuaian kemajuan teknologi. Temuan ini konsisten dengan konseptualisasi Gilbert dan Cordey-Hayes mengenai akuisisi pengetahuan sebagai fasilitator suksesnya inovasi teknologi. Pertimbangan ini membawa kita pada susunan hipotesis kerja pertama:

Ø H1: perusahaan yang mengajukan akuisisi pengetahuan akan memiliki manfaat system e-bisnis utama.

E-bisnis mengenai pembuatan peron elektronik berdasarkan internet mengijinkan konsumen, supplier, dan pekerja untuk bekerja sama dengan satu sama lain melalui pembagian data, informasi dan pengetahuan. Dalam proses ini distribusi pengetahuan di sekitar perusahaan merupakan kunci. Bagaimanapun, masalah yang berhubungan dengan e-bisnis merupakan kekurangan bahasa biasa untuk membantu pekerja secara efisien melaksanakan transaksi melalui internet. Kekurangan bahasa umum menyebabakn duplikasi pekerjaan, konflik protocol pertukaran data, dan tidak nyamannya model bisnis dalam organisasi. Berkenaan dengan hal ini, Schlegelmilch dan Penz mengusulkan bahwa strategi dan visi akan meliputi proses distribusi pengetahuan. Proses ini terdiri dari transmisi pengetahuan yang diperlukan pada level individu, pada prinsipnya melalui konservasi individu dan hubungan antara pekerja perusahaan. Oleh sebab itu, kami mengusulkan hipotesis dibawah ini:

Ø H2: perusahaan yang mengajukan distribusi pengetahuan akan memiliki system manfaat e-bisnis.

Studi Fiol menunjukkan bagaimana dugaan consensus dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, consensus sekitar penanaman interpretasi dalam isi, dimana kelompok dapat atau tidak dapat menyetujui dengan arti pengetahuan. Kedua, consensus dalam rencana komunikasi, bagaimana mereka dapat menyusun “gambar realitas”. Oleh karena itu kami mengusulkan:

Ø H3: perusahaan yang mengajukan interpretasi pengetahuan akan memiliki system manfaat e-bisnis.

Memori organisasi merupakan kumpulan pengetahuan mengenai organisasi dan berisi teori yang berguna, membentuk model mental, informasi database, menyusun prosedur dan rutin, dan budaya formal yang lebih menuntun perilaku yang dapat membawa pada hasil keputusan sekarang yang berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu dan memiliki pengaruh positif pada performance. Lebih dari itu, karena e-bisnis merupakan hasil interaksi sebenarnya antara organisasi dan partnernya, pengetahuan diperlukan individu untuk menghasilkan interaksi yang sukses dapat menjadi sulit. Pertimbangan ini membawa kami pada rencana hipotesis kerja keempat:

Ø H4: perusahaan yang mengajukan utilisasi memori organisasi kaan memiliki system manfaat e-bisnis.

Hasil

Secara khusus menunjukkan bahwa ‘e-bisnis’ tidak mungkin pada dasar organisasi tanpa membantu perkembangan dengan proses pembelajaran organisasi. Hasil penelitian inimengusulkan bahwa pembelajaran organisasi melalui empat proses penyerapan mereka menyumbangkan pada pengembangan pengetahuan baru yang mengijinkan suksesnya e-bisnis.

Diskusi

Karena teknologi informasi dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar, dan secara simultan, kemampuan belajar dapat mempengaruhi tingkatan dimana teknologi diangkat dan digunakan secara efektif, adopsi e-bisnis merupakan proses kompleks yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti apa yang diinginkan dan diperlukan konsumen, norma subjektif, tahap adopsi, pengguna berkompetensi, proses implementasi dan faktor organisasi. Studi ini menguji melalui studi empiris melalui 130 SME telekomunikasi Spanyol, bagaimana pembelajaran organisasi menandakan pada adopsi e-bisnis.

Kesimpulan

Teknologi informasi mengijinkan perusahaan memperoleh, memproses, menyimpan dan menukar informasi. Walaupun demikian, kehadiran jaminan teknologi informasi tidak menghasilkan pengetahuan, distribusi pengetahuan ataupun manfaat pengetahuan. Banyak studi di area IS menekankan bahwa aplikasi teknologi memudahkan pembelajaran organisasi tanpa banyak hasil bagi pembelajaran sebelumnya yang diambil dalam perusahaan. Bagaimanapun, pengguna sering mengurangi sumber dan insentif yang membentuk pengetahuan, dan akhirnya menggunakan IS.

Kontribusi pertama penelitian ini adalah pertanyaan adanya model yang berhubungan dengan pembelajaran organisasi dan e-bisnis. Studi ini menemukan bahwa strategi diperlukan, disalurkan, menerjemahkan dan menyimpan pengetahuan dalam perusahaan akan dikembangkan, seperti tahap sebelumnya dalam implementasi e-bisnis. Beberapa proses menjamin dapat tersedia dan tercapainya pengetahuan atas isu strategi pada bisnis, memasukkan pasar, konsumen, supplier, produk dan layanan, pesaing, skill pekerja, proses dan prosedur dan peraturan lingkungan. Temuan ini mendukung pandangan Fahey, Srivastava, Sharon, dan Smith (2001) bahwa aplikasi pembelajaran organisasi menyediakan pondasi yang kuan bagi perusahaan yang secara signifikan menyumbangkan pemahaman dan kemudahan transformasi e-bisnis proses operasional. Hanya jika solusi teknologi terdahulu digabung dengan kreatifitas manusia dan pengetahuan dapat menghasilkan keuntungan sebenarnya perusahaan dalam pasar.

Kontribusi kedua penelitian ini berasal dari hasil pengujian empiris model. Sementara hubungan antara pembelajaran organisasi dan e-bisnis telah diteliti, hubungan antara setiap fase pembelajaran organisasi dan e-bisnis kurnag diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap fase e-bisnis memerlukan aturan rutin organisasi yang berguna dan diproses dengan yang diperlukan SME, pemahaman, perubahan, dan pengetahuan yang dieksploitasi.